Yakin Kamu Orang yang Paling Menderita di Dunia?

Yakin Kamu Orang yang Paling Menderita di Dunia?

Sahabat, di kehidupan ini mungkin diantara kita merasa dikasih banyak ujian. Apalagi yang paling kerasa, kalau sakit gak sembuh-sembuh. Itu nyeri, gak enak dibawa aktivitas, atau justru gak bisa berkegiatan.


​Kalau sudah begitu kadang ada perasaan yang enggak-enggak tuh.

Hatinya mulai diserang, itu yang paling bahaya sebenarnya. Jadi kalau mulai ada perasaan, sakit ini kok kayaknya saya yang paling menderita ya? Orang lain kok sakitnya gak seberat saya ya?

​Nah kalau sudah ada pikiran seperti itu, ngeluhnya udah mulai yang enggak-enggak, langsung Istighfar deh. Kenapa?

Ujian kita ini gak ada apa-apanya. Beneran ini, serius. Bahkan sekalipun harta kita habis ludes, anak kita dipanggil duluan sama Allah, itu belom ada apa-apanya, serius. Jadi, ada hadits bunyinya begini:


Telah menceritakan kepada kami dari Sa’ad bin Abu Waqqash dia berkata,

“Saya bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling keras cobaannya?” beliau menjawab, “Para Nabi, kemudian kalangan selanjutnya (yang lebih utama) dan selanjutnya.

Seorang hamba akan diuji sesuai kadar agamanya (keimanannya). Jika keimanannya kuat maka cobaannya pun akan semakin berat.

Jika keimanannya lemah maka ia akan diuji sesuai dengan kadarnya imannya. Tidaklah cobaan ini akan diangkat dari seorang hamba hingga Allah membiarkan mereka berjalan di muka bumi dengan tanpa dosa.” (HR. At-Tirmidzy, Ibnu Majah, berkata Syeikh Al-Albany: Hasan Shahih)

Baca Juga: Dampak Buruk Menunda Makan Malam untuk Kesehatan

Ujian Berat yang Dilalui Para Nabi

Nah, di hadits ini Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassallam sudah kasih tahu, orang yang ujiannya paling berat itu para nabi. Misalnya, Nabi Ayyub Alaihi Sallam yang hartanya hilang, anak-anaknya diwafatkan karena tertimpa rumah, terakhir diberi ujian penyakit yang membuat semua orang menjauhinya.


​Nabi Zakariya Alaihi Sallam, dengan sabarnya menunggu kehadiran anak sampai usia tua dan istrinya divonis mandul. Tapi beliau tidak pernah menyalahkan Allah.

Beliau hanya berdoa dengan disertai keikhlasan atas ketetapan Allah sampai mukjizat Allah hadir. Nabi Zakariya Alaihi Sallam dikaruniai anak yang juga menjadi utusan Allah, itulah Nabi Yahya Alaihi Sallam.

​Ada juga Nabi Musa Alaihi Sallam, yang harus mengayomi orang-orang yang ngeyel dari kalangan Bani Israil. Sampai pernah beliau difitnah punya penyakit kelamin sama kaumnya sendiri.

Belom lagi ujian Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassallam, yang dimusuhi oleh paman-pamannya, dilempari batu waktu berdakwah, beliau tetap sabar. Itulah sikap para nabi, jadi derajat mereka selalu meningkat. Makanya, kalau ujian kita mulai terasa berat, itu bisa bertanda Allah mau angkat derajat kita.

Sementara adab terbaik saat kita menerima ujian, baik berupa kesempitan atau kelapangan yaitu ridho dengan apa yang sudah ditakdirkan untuk kita sehingga apa yang menimpa kita saat ini menjadi keberkahan bukan kemurkaan, yaitu dengan ridho dan sabar.

“Sesungguhnya balasan terbesar dari ujian yang berat. Jika Allah mencintai suatu kaum, maka Allah akan memberikan cobaan kepada mereka. Barangsiapa ridho, maka Allah pun ridho. Dan barangsiapa murka (tidak suka pada cobaan tersebut, pen), maka baginya murka Allah.” (HR Tirmidzi)

Ridho ini sepaket dengan Ikhlas dan tawakal, sehingga mengudang keberkahan dan sabar bukan sekedar di lisan namun hati serta perbuatan yang mengiringi setiap langkah ketika sewaktu puncak ujian kehidupan mengenai kita waktu itu.

Makna di Balik Sebuah Kesabaran

Makna asal dari sabar sebenarnya adalah “menahan”. Secara syar’i, pengertian sabar sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Qayyim yaitu:

“Sabar adalah menahan diri dari menggerutu, menahan lisan dari mengeluh, dan menahan anggota badan dari menampar pipi, merobek-robek baju dan perbuatan tidak sabar selain keduanya.” Jadi, sabar meliputi menahan hati, lisan dan anggota badan juga.

Ketika adab hamba telah menghadirkan rasa ridho dan sabar maka muncullah buah manis dengan kehadiran hati yang lapang dengan berkhusnudzon kepada Allah.

Seorang Ulama Al Munawi mengatakan, “Jika seorang mukmin diberi cobaan maka itu sesuai dengan ketaatan, keikhlasan, dan keimanan dalam hatinya.

Barangsiapa yang menyangka bahwa apabila seorang hamba ditimpa ujian yang berat, itu adalah suatu kehinaan; maka sungguh akalnya telah hilang dan hatinya telah buta. Betapa banyak orang saleh (ulama besar) yang mendapatkan berbagai ujian yang menyulitkan.

Tidakkah kita melihat mengenai kisah disembelihnya Nabi Allah Yahya bin Zakariya, terbunuhnya tiga Khulafa’ur Rosyidin, terbunuhnya Al Husain, Ibnu Zubair dan Ibnu Jabir?

Begitu juga tidakkah kita perhatikan kisah Abu Hanifah yang dipenjara sehingga mati di dalam penjara, Imam Malik yang ditelanjangi kemudian dicambuk dan tangannya ditarik sehingga lepaslah bahunya, begitu juga kisah Imam Ahmad yang disiksa hingga pingsan dan kulitnya disayat dalam keadaan hidup?

Dan masih banyak kisah lainnya dari kalangan Rasul, Anbiya, Shahabah, Thabiin, dan Waliyulloh serta orang Sholih lainnya.”

Misalnya, masih ada yang bilang gini, “Tapi dok, saya udah sabar sama penyakit saya yang bertahun-tahun, terus sampe kapan dok saya harus sabar?”

Percaya deh, itu tuh belom sabar.

Penyakit kita belom ada apa-apanya. Saya kasih tahu nih gimana beratnya sakit yang dialamin sama Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassallam:

“Sepertinya anda sedang merasakan rasa sakit yang amat berat”, Nabi Shallallahu Alaihi Wassallam menjawab, ‘iya benar, aku sakit sebagimana rasa sakit dua orang kalian (dua kali lipat)’, aku berkata, ‘oleh karena itukah anda mendapatkan pahala dua kali lipat?’ Beliau menjawab, ‘Benar, karena hal itu’.” (H.R. Al-Bukhari no. 5648 dan Muslim no. 2571)

Nah, dari sini jadi tahu kan penyakit yang kita derita itu belom ada apa-apanya dibanding penyakitnya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassallam yang rasa nyerinya, demamnya, dua kali lipat dari yang kita derita. Jadi kalau kita sakit, Insya Allah kita bukan orang yang paling menderita di dunia.

Masih ada yang penderitaanya lebih hebat dari kita, yaitu para orang saleh, dan para nabi. Ini sesuai dengan firman Allah di surat Al-Ankabut ayat 2 dan 3.

Semoga apa yang kita baca di atas menyadarkan bahwa kita bukan siapa-siapa tanpa kekuatanNya dan menjadi cermin kadar iman dan taqwa kita saat ini.

​Semoga Allah menganugrahi kita semuanya berupa rasa Ridho dan Sabar dalam menjalani lika-liku kehidupan, sehingga menjadi hamba yang semakin dekat akan RahmatNya.

“Cobaan yang semakin berat akan senantiasa menimpa seorang mukmin yang saleh untuk meninggikan derajatnya dan agar ia semakin mendapatkan ganjaran yang besar.”

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top