Temen-temen, ga kerasa ya kita sekarang udah ada di penghujung bulan Ramadhan. Gimana perasaannya? Apakah justru senang berpisah dengan Ramadhan karena akan segera bertemu dengan Hari Raya Idul Fitri?
Apakah justru di 10 malam terakhir Ramadhan ini ibadah kita udah ga sekenceng awal Ramadhan, karena lebih kepikiran beli baju, mudik, sama kue lebaran?
Ini ada satu kisah, betapa sedihnya Ali Bin Thalib ketika Ramadhan akan segera berakhir. Pada saat itu, usai salat Ashar, seharian beliau merasa sedih, karena bulan Ramadan akan segera berakhir.
Saat itu Sayyidina Ali Radhiyallahu ’Anhu pulang dari masjid. Sesampainya di rumah, ia disambut sang istri tercinta Sayyidah Fathimah Az-Zahra Radhiyallahu ‘Anha. Beliau bertanya dengan penuh perhatian, “Kenapa engkau terlihat pucat, kekasihku?” sapa Sayyidah Fatimah.
Sayyidah Fatima lanjut bertanya, “Tak ada tanda-tanda keceriaan sedikitpun di wajahmu, padahal sebentar lagi kita akan menyambut hari kemenangan?” lanjutnya.
Tidak ada raut bahagia di wajah Ali saat itu. Ali berkata pada istrinya bahwa ia akan berpisah dengan bulan Ramadhan yang telah mengajarkannya banyak hal.
Ibnu Rajab dalam Kitab Lathaiful Ma’arif juga menceritakan, bagaimana generasi terbaik umat ini ketika menghadapi perpisahan dengan Ramadan.
Para sahabat Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam, adalah orang-orang yang paling antusias dalam menyempurnakan dan melakukan hal terbaik dalam beramal. Mengapa mereka melakukannya dengan antusias? Ga lain dan ga bukan, karena mengharap segala amalnya diterima oleh Allah.
Di 10 hari terakhir Ramadhan, Allah menjanjikan bahwa adanya satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan, artinya ketika seorang hamba beribadah di malam tersebut, sama aja dia udah beribadah selama 83 tahun. Malam apa itu? Malam Lailatul Qodar.
Selain beribadah di malam Lailatul Qodar yang nilainya seperti kita beribadah selama kurang lebih 83 tahun. Apalagi yang spesial dari malam ini?
Dengan izin Allah Subhanahu Wata’ala, pada malam Lailatul Qadar para malaikat turun ke bumi menemui orang yang mempersiapkan diri menyambutnya, sehingga jiwanya merasakan salam (rasa aman dan damai) yang tak terbatas bukan sampai terbit fajar di malam Lailatul Qodar, tetapi sampai akhir hayat menuju fajar kehidupan baru di hari akhir kelak.
Kemudian, yang menjadikan malam Lailatul Qodar semakin spesial, karena Allah Subhanahu Wata’ala ga akan memberi tau kapan persisnya malam ini akan datang.
Apakah di malam ke-21, malam ke-23, malam ke-25, malam ke-27, atau malam ke-29? Sungguh hanya Allah yang mengetahuinya. Tugas kita sebagai hamba-Nya adalah mempersiapkan kedatangan malam itu dengan sebaik-baiknya salah satunya adalah dengan beri’tikaf.
Untuk menyambut Lailatul Qadar dan hadirnya para malaikat yang membawa salam, maka Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam menganjurkan I’tikaf di masjid pada sepuluh terakhir di bulan Ramadhan.
Dari Ibnu Umar, ia berkata: “Sesungguhnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam itikaf sepuluh terakhir bulan Ramadhan.“ (HR. Bukhari)
Baca Juga: Khasiat Luar Biasa Bee Pollen bagi Jantung
Tanda Orang yang Berhasil Dapat Malam Lailatul Qadr
Pernah ada yang tanya ke saya gini, “Dok, tanda-tanda seseorang dapet malam Lailatul Qodar itu apa ya?”
Menjawab pertanyaan itu, ada satu yang pasti dari ciri-ciri orang yang berhasil dapat malam Lailatul Qodar, yaitu setelah berakhirnya bulan Ramadhan, kualitas hidupnya akan terus mengalami peningkatan secara signifikan ke arah yang lebih baik.
Hidup itu ga diukur hanya berdasar berapa banyak usia kita saat ini, tapi lebih dari itu, hidup itu di ukur dari seberapa besar kualitasnya.
Para imam mazhab Fikih yang legendaris, seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hanbal, ga ada yang berumur lebih dari 100 tahun, tetapi kualitasnya hidupnya terus hidup sampai sekarang bahkan bisa menjadi teladan bagi generasi penerus setelahnya. Masya Allah…