Manfaat Menyiram Tanaman Di Bulan Sya’ban

Teman-teman, kita sudah memasuki bulan Sya’ban. Sadar gak? Kalau gak sadar saya sih maklum aja yah, karena yang kita pakai sehari-hari bukan kalender hijriah.

Karena patokan kita kalender masehi, jadi yang lebih diinget, kapan tengah bulan? Kapan akhir bulan? Kapan awal bulan sama kapan gajiannya, gitu kan ya? Jadi kalender masehi ini ngebuat kita terlalu fokus sama ingatan dunia aja emang.

Kalau di kalender hijriah, setiap bulan ada istimewanya, khususnya buat bekal perjalanan menuju akhirat. Misalnya gini, kan bulan kemarin itu Rajab, sekarang Sya’ban, terus bulan depan Ramadhan dan dilanjut Syawal.

Nah, di beberapa bulan itu ada perbedaan sikap sekarusnya. Misalnya, Sya’ban sekarang ini bulannya menyiram tanaman.

Saya bilang nyiram tanaman bukan karena sekarang lagi musim hujan. Jadi ada ulama namanya Abu Bakar Al-Balkhi ngomong begini: “Bulan Rajab adalah bulan menanam. Bulan Sya’ban adalah bulan menyirami tanaman. Dan bulan Ramadhan adalah bulan memanen hasil tanaman.”

Kenapa beliau Rahimahullah ngomong begitu? Ya, karena start kita kalau mau panen pahala di bulan Ramadhan ya di bulan Rajab. Kita tanamkan niat buat ibadah lebih banyak pas Rajab yang disitu adalah bulan haram. Semua yang udah kita kerjakan terus dirutinkan, supaya pas Ramadhan bisa panen hasilnya

Baca Juga: Seriusan, Madu Bermanfaat untuk Mata Minus?

Bulan Sya’ban Itu Merupakan Bulan yang Istimewa

Teman-teman, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam kalau udah masuk di bulan Sya’ban itu ibadahnya mulai dikencengin.

Ada hadits dari Aisyah Radhiyallahu ‘Anhu berkata, “Aku tidak pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam melakukan puasa satu bulan penuh kecuali puasa bulan Ramadhan dan aku tidak pernah melihat beliau lebih banyak berpuasa sunah melebihi (puasa sunah) di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156)

Imam Ash-Shan’ani menjelaskan hadits di atas, itu menunjukkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam mengistimewakan bulan Sya’ban dengan puasa sunnah lebih banyak dari bulan lainnya.  

Jadi ulama salaf (terdahulu) menjelaskan bahwa hikmah di balik kebiasaan puasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam memperbanyak puasa sunah di bulan Sya’ban karena kedudukan puasa sunah di bulan Sya’ban dari puasa wajib Ramadhan adalah seperti kedudukan shalat sunah qabliyah bagi shalat wajib.

Puasa sunah di bulan Sya’ban akan menjadi persiapan yang tepat dan pelengkap bagi kekurangan puasa Ramadhan.

Nah, kalau teman-teman baru tau nih, setiap bulan di tahun hijriah itu punya makna, hikmah dan keistimewaan tertentu, mulai sekarang diinget-inget urutan bulan hijriah.

Supaya kita gak lagi nganggep bulan demi bulan itu biasa aja, gak ada rasa-rasanya, gak ada spesial-spesialnya di hidup kita. Inilah kenapa kita diingatkan jangan sampe lalai.

Ada hadits dari Usamah bin Zaid Radhiyallahu Anhu berkata, “Wahai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam, kenapa aku tidak pernah melihat anda berpuasa sunah dalam satu bulan tertentu yang lebih banyak dari bulan Sya’ban? Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wassallam menjawab:

“Ia adalah bulan di saat manusia banyak yang lalai (dari beramal saleh), antara Rajab dan Ramadhan. Ia adalah bulan di saat amal-amal dibawa naik kepada Allah Rabb semesta alam, maka aku senang apabila amal-amalku diangkat kepada Allah saat aku mengerjakan puasa sunah.” (HR. Tirmidzi, An-Nasai dan Ibnu Khuzaimah)

Selain puasa yang sering dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam amalan lainnya yang beliau contohkan di bulan Sya’ban, semakin rajin baca Al-Qur’an. “Dulu dikatakan bahwa bulan Sya’ban adalah bulan para qurra’ (pembaca Al-Qur’an).”

Begitu pula yang dilakukan oleh ‘Amr bin Qais Rahimahullah, apabila beliau memasuki bulan Sya’ban beliau menutup tokonya dan mengosongkan diri (meluangkan waktu)nya untuk membaca Al-Qur’an. (Lathaiful-Ma’arif libni Rajab Al-Hanbali hal. 138)

Tidak ada kata telat untuk mempersiapkan, meski Rajab udah lewat. Ada Sya’ban yang akan kita lalui dengan segala fadilah dan keutamaanya.

Semoga di bulan Ramadhan kita menjadi terbiasa menjadi pejuang sejati dan akhirnya terbentuk sebagai manusia muflih yang beruntung di bulan Syawal.

Karena apa? Pertanian akhirat ini telah berhasil kita perjuangkan rentetannya dengan amal kebaikan, melalui proses panjangnya menanam, menyiram, dan panen buah kebaikan yang akan menghasilkan manisnya ketakwaan.

Barokalloh Fiikum

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top