Mengambil Hikmah dari Ujian Isra’ Mi’raj

Sahabat, pernah terpikir gak kalau Isra’ Mi’raj itu merupakan ujian? Misalnya yang paling terkenal aja ya? Waktu peristiwa itu diceritakan, siapa yang bakal percaya?

Waktu itu perjalanan dari Mekkah ke Yerusalem aja perlu sebulan perjalanan. Tiba-tiba nih, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam cerita, malam tadi habis ke Baitul Maqdis.

Coba perhatikan kalo kita di posisi itu? Bakal percaya gak? Berat kan ujian itu? Meyakini tanpa perlu mempertanyakan secara logika.

Kalau kita beriman gampang aja ikut percaya. Itulah keimanan terkuat seperti keyakinannya Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Gak perduli dibilang orang banyak, sebagai kelompok dengan gangguan jiwa sama mereka yang mengutamakan logika. Itu baru satu masalah, soal ujian keimanan para sahabat Nabi, yang waktu itu mereka ditekan teman-temannya sendiri, keluarga dekatnya, dari suku Quraisy.

Bukan cuma sahabat, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam pun waktu perjalanan itu diberikan banyak ujian, seperti hadits yang dijelaskan dalam kitab tafsirnya Imam Qurtubi berikut ini:

Abu Sa’id berkata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam menyampaikan hadits kepada kami tentang isra’ mi’raj beliau, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda,

“Diberikan kepadaku seekor binatang yang sangat mirip dengan baghal, memiliki dua daun telinga yang selalu bergerak. Dia adalah buraq yang dahulu ditunggangi oleh para nabi. Sehingga aku menungganginya dan berangkatlah ia.

Kedua kaki depannya terletak sejauh matanya memandang. Aku mendengar panggilan dari sebelah kananku, ‘Wahai Muhammad, berhentilah sehingga aku bertanya kepadamu.

‘Aku terus berjalan dan tidak membuat aku cenderung kepadanya. Kemudian aku mendengar panggilan dari sebelah kiriku, ‘Wahai Muhammad, berhentilah.’Aku terus berjalan dan tidak membuat aku cenderung kepadanya.

Kemudian datanglah seorang wanita menghadap kepadaku dengan segala macam perhiasan dunia sambil mengangkat kedua tangannya seraya berkata, ‘berhentilah, sehingga aku bertanya kepadamu. ‘Aku terus berjalan dan tidak membuat aku cenderung kepadanya.


Kemudian aku sampai ke Baitul Maqdis Al Aqsha. Lalu aku turun dari Binatang tungganganku, aku mengikatnya pada rantai yang digunakan oleh para nabi untuk mengikatnya. Kemudian aku masuk ke dalam masjid dan aku menunaikan shalat di dalamnya.

Maka Jibril Alaihissallam berkata kepadaku ‘Apa yang engkau dengar wahai Muhammad?’ Maka aku jawab, ‘Aku dengar panggilan dari arah kananku,

‘Wahai Muhammad, berhentilah sehingga aku bertanya kepadamu.’ Aku terus berjalan dan tidak membuat aku cenderung kepadanya. Maka dia berkata, ‘Itu adalah penyeru Yahudi. Jika engkau berhenti maka umatmu menjadi Yahudi.

‘Beliau bersabda, “Kemudian aku mendengar panggilan dari sebelah kiriku, ‘Berhentilah sehingga aku bertanya kepadamu.’ Aku terus berjalan dan tidak membuat aku cenderung kepadanya. Maka dia berkata, ‘Itu adalah penyeru Nasrani. Sungguh, jika engkau berhenti maka umatmu menjadi Nasrani.’

Beliau bersabda, ‘Kemudian seorang wanita dengan segala macam perhiasan dunia dengan mengangkat kedua tangannya meminta aku menghadap kepadanya seraya berkata,

‘Berhentilah sehingga aku bertanya kepadamu.’ Aku terus berjalan dan tidak membuat aku cenderung kepadanya. Maka ia berkata, ‘Itu adalah dunia, jika engkau berhenti tentu engkau memilih dunia daipada akhirat.’

Beliau bersabda, ‘Kemudian aku diberi dua bejana. Salah satu di antara keduanya dengan berisi susu, sedangkan yang lainnya berisi Khamer.

Lalu dikatakan kepadaku, ‘Ambillah sekehendakmu mana yang kamu mau.’ Maka aku mengambil susu dan meminumnya. Maka Jibril berkata kepadaku, ‘Engkau mendapatkan fitrah. Jika engkau memiliki khamer maka sesatlah umatmu.’

Kemudian dia datang ke tempat mi’raj yang di dalamnya pula arwah anak Adam telah melakukan mi’raj. Ternyata dia adalah tempat yang paling bagus yang pernah aku lihat.

Apakah kalian tidak melihat orang yang meninggal bagaimana matanya mengikutinya ke atas?

Maka dia mi’raj bersama kami hingga kami tiba di pintu langit dunia sehinga Jibril memohon dibukakan pintunya. Maka dikatakan,’Siapa ini?’

Dia menjawab,’Jibril.’ Mereka berkata, ‘Siapa bersamamu?’ Dia menjawab,’Muhammad.’ Mereka berkata, ’Dia telah menjadi Rasul?’ Dia menjawab, ‘Ya.’ Maka mereka membukakan pintu untukku, mereka menyampaikan salam kepadaku.

Ternyata seorang malaikat penjaga yang disebut bernama Isma’il, bersamanya tujuh puluh ribu malaikat dan bersama masing-masing malaikat ada seratus ribu malaikat. Ia berkata, ‘Tiada yang mengetahui jumlah pasukan Rabbmu selain Dia…’ Kemudian menyebutkan hadits hingga dikatakan.

‘Kemudian kami terus berjalan hingga ke langit lapis lima. Dan ternyata di sana ada Harun bin Imran yang sangat dicintai di kalangan kaumnya. Di sekelilingnya para pengikutnya yang banyak dari kalangan umatnya.’

Kemudian disebutkan ciri-cirinya oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassallam dan bersabda, ‘Panjang jenggotnya hingga hampir menyentuh pusatnya.’

Kemudian kami terus berjalan hingga ke langit lapis enam. Ternyata aku sudah bersama Musa sehingga ia mengucapkan salam kepadaku dan menyambutku.

Kemudian Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassallam menyebutkan ciri-cirinya dengan bersabda, ‘Dia adalah orang yang sangat lebat rambutnya. Sekalipun dia mengenakan dua lapis pakaian, rambutnya keluar dari balik kedua lapis pakaian itu….’ Hadits.

Baca Juga: 3 Kunci Mendapat Ketenangan Hidup

Hikmah Peristiwa Isra Mi’raj

Hadits panjang di atas, yang diceritakan oleh Imam Al-Qurtubi menjelaskan, betapa perjalanan yang singkat itu penuh ujian.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam pun secara cepat dituntut untuk mengambil keputusan, fokus pada tujuan, yaitu ke Mi’raj untuk menerima perintah kewajiban Shalat.

Begitupun ketika ditawarkan dua mangkuk minuman, walau waktu itu khamer belum diharamkan, tapi beliau tetap teguh memilih susu.

Bayangkan kalau waktu di perjalanan beliau menoleh kiri dan kanan, juga pas diberi pilihan diminumnya khamer, tentu kita semua ikut tersesat.

Maka dengan peristiwa itu kita telah dibawa oleh Nabi kita ke arah jalan yang lurus.
Dalam perjalanan hidup, kita juga kadang menemui hal yang semacam ini. Waktu mau mencapai tujuan, kadang ada aja godaan dari kiri dan kanan. Bisa aja kita terlena terus lupa sama tujuan awal perjalanan.

Kadang juga tawaran dunia, harta haram, itu datang justru pas kita udah niatkan mau berada di jalan yang lurus.

Maka, dari kisah perjalanan Isra’ Mi’raj ini kita bisa ambil pelajaran dalam kehidupan sehari-hari, yaitu perlunya keteguhan hari. Dan jangan lupa, selalu do’a minta keteguhan hati sama Allah. Doanya begini nih:

Dari ‘Abdullah bin ‘Amru bin Al ‘Ash berkata bahwasanya ia pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda,

“Sesungguhnya hati semua manusia itu berada di antara dua jari dari sekian jari Allah Yang Maha Pemurah. Allah Subhanahhu Wa Ta’ala akan memalingkan hati manusia menurut kehendak-Nya.” Setelah itu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam berdoa;


“Allahumma mushorrifal quluub shorrif quluubanaa ‘ala tho’atik”
Ya Allah, Dzat yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami kepada ketaatan beribadah kepada-Mu! (HR. Muslim no. 2654).

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top