Ini Dia Rahasia Kecerdasan Ulama Jaman Dulu

Bapak atau ibu pernah kepikiran gak gimana ulama jaman dulu itu pinter-pinter banget? Ada yang udah hafal Qur’an di umur 7 tahun, 10 tahun, hafal ratusan ribu hadits, inget isi kitab yang tebel-tebel.

Padahal di zaman itu makanan masih terbatas, gak kaya era kita sekarang. Suplemen, vitamin, susu bubuk yang katanya bikin pinter itu belom ada. Bahkan banyak di antara ulama itu orang yang waktu kecilnya dari keluarga kekurangan. Kok mereka gak kena stunting ya?

Nah ini, ternyata di antara faktor-faktor yang zahir, katakanlah makanan bergizi, lingkungan udara yang sehat, dan sebagainya itu, kita sering lupa sama faktor yang batin. Faktor yang gak kelihatan ini sebenarnya punya peran besar sama kecerdasan anak-anak kita.

Pertama, ada rejeki yang halal. Anak yang dikasih makan dari rejeki yang halal, walaupun sedikit itu akan memberikan berkah. Beda halnya dengan rejeki yang haram. Uang haram itu panas dan akan membuat anak sulit diatur, susah ibadah, membuat anak jadi nakal.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam kasih contoh menjaga keluarga dari makanan haram. Jadi ada hadits dari Abu Hurairah: Ketika Hasan (cucu Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassallam) masih kecil, ia pernah mengambil sebutir kurma dari kurma sedekah (zakat), lalu menjadikannya (masuk) ke dalam mulutnya, maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassallam. memerintahkan: Kikh kikh. “Muntahkan, muntahkan.”—agar membuangnya kemudian beliau bersabda—: “Apakah kau tidak merasa bahwa kami tidak makan sedekah.” (HR. Al-Bukhari)

Makanan Halal Berpengaruh pada Kecerdasan Otak Anak

Contoh keberkahan dari makanan halal juga sudah ada buktinya. Kita tau kan hebatnya Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Beliau lahir dari anak yang ibunya tidak mau menipu dengan menolak menjual susu yang udah dicampur air.

Waktu itu Khalifah Umar Radhiyallahu ‘Anhuma tau kejadian ini, dia langsung suruh anaknya Ashim buat nikahin perempuan shalehah itu.

Waktu itu Umar Radhiyallahu ‘Anhuma bilang begini ke anaknya, Ashim Radhiyallahu ‘Anhuma, “Pergilah kau ke sebuah tempat, terletak di daerah itu. Di sana ada seorang gadis penjual susu. Kalau ia masih sendiri, pinanglah dia. Mudah-mudahan Allah mengaruniakanmu seorang anak yang shalih yang penuh berkah.” (Ibnu Asakir, Tarikh Dimasq, 70/252).

Kedua, adalah do’a. Do’a itu adalah obat, termasuk buat kebodohan. Bapak dan ibu tau Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu? Sahabat yang satu itu terkenal karena termasuk yang banyak meriwayatkan hadits.

Padahal kebersamaan dia dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam gak terlalu lama. Dan dia pernah punya masalah kesulitan dalam menghafal loh!

Terus dia minta apa sama Nabi Shallallhu ‘Alaihi Wassallam? Gak minta makanan bergizi atau suplemen herbal buat kecerdasan. Dia cuma minta doanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam.

Riwayatnya bunyinya begini, Abu Hurairah menceritakan, “Orang-orang mengatakan bagaimana Abu Hurairah meriwayatkan banyak hadits. Pada umumnya, saudara-saudaraku kaum muhajirin adalah para pedagang, sehingga harus pulang pergi ke pasar.

Sedangkan, saudara-saudaraku kaum anshar adalah kaum petani, mereka selalu sibuk dalam urusan pertaniannya.”

“Sementara aku termasuk Ahlus Shuffah miskin yang selalu duduk di majelis baginda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam. Aku makan jika datang makanan, dan aku menerima apa adanya.

Aku berada di dekat baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam ketika orang lain tidak bersama beliau dan aku menghafal sesuatu dari beliau yang orang lain tidak bisa menghafalnya.”

Abu Hurairah berkata, “Suatu ketika, aku mengadukan daya hafalku kepada baginda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam.”

Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda, “Hamparkan kain selimut kamu.” Abu Hurairah pun menghamparkan kain selimutnya.

Kemudian baginda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam memberi isyarat dengan kedua tangannya di atas selimut itu dan bersabda, “Tempelkanlah kain itu.” Abu Hurairah menempelkannya ke dadanya. Abu Hurairah berkata, “Sejak saat itu, aku tidak pernah lupa apa pun yang telah aku hafal” (H.R. Imam Bukhari)

Baca Juga: 2 Penyakit Hati yang Sebabkan Penyakit Lain di Tubuh

Kecerdasan dari Para Ulama dari Doa Orangtua

Jadi, bapak dan ibu jangan sepelekan do’a buat anak. Supaya cerdas itu gak melulu soal makanan. Kita bisa liat gimana ibunda Imam Syafi’I waktu mau melepas anaknya belajar di perantauan.

Beliau bilang begini, “Ya Allah Tuhan yang menguasai seluruh alam! Anakku ini akan meninggalkan aku untuk berjalan jauh, menuju keridhaanMu.

Aku rela melepaskannya untuk menuntut ilmu peninggalan Rasul-Mu. Oleh karena itu aku bermohon kepada-Mu ya Allah, permudahlah urusannya.

Peliharalah keselamatannya, panjangkanlah umurnya agar aku dapat melihat sepulangnya nanti dengan dada yang penuh dengan ilmu yang berguna, aamiin!”

Do’a ibunda Imam Syafi’i itulah yang mengantarnya jadi ulama besar. Walau waktu kecil beliau sudah jadi yatim dan hidupnya kesulitan. Yuk, dikencengin lagi do’anya buat anak-anak kita supaya jadi penerus ulama yang hebat dan meninggikan agama Islam.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top