Perbedaan Madu Asli dan Madu Tiruan, Sudah Tau?

Temen-temen, Tau ga kenapa orang-orang zaman dulu itu cenderung punya badan yang sehat dan usia yang panjang? Ternyata ini ada rahasianya, lho! Kalo temen-temen tau Hippocrates yang seorang dokter Yunani, ia juga umurnya panjang sampai 107 tahun.

Seorang tokoh penasehat Alexander The Great yang dijuluki sebagai Bapak Ilmu Alam pernah meneliti tentang lebah, beliau adalah Aristoteles. Beliau beranggapan bahwa madu memiliki sifat yang unik dan meningkatkan kesehatan manusia hingga memperpanjang usia.

Hal ini juga sejalan dengan apa yang pernah disampaikan oleh seorang dokter terkenal, Ibnu Sina. Ia berkata bahwa sebaiknya manusia yang udah berusia 45 tahun, rutin mengonsumsi madu karena bisa menjaga kekuatan tubuh agar bisa kuat bekerja di usia yang ga muda lagi.

Sekarang ini, karena masyarakat udah banyak yang teredukasi dengan madu, akhirnya mereka berlomba-lomba untuk menjadi produsen madu. Ada produsen yang benar-benar amanah dalam memproduksi madu, ada juga produsen “nakal” yang membuat madu tiruan demi meraih untung yang banyak. Astagfirullah. Itulah contoh manusia yang mata hatinya udah dibutakan demi mengejar materi dan duniawi aja.

Banyak juga yang nanya ke saya, “Dok, Saya tuh masih suka ga bisa bedain, mana madu yang asli dan mana madu tiruan. Soalnya semuanya tuh hampir mirip.” Gini, sederhananya madu yang dibuat tanpa pertolongan lebah atau dengan menggunakan gula selain nektar dianggap madu palsu atau madu buatan. Termasuk madu palsu kalo madu asli telah dicampur dengan sirup atau bahan lain yang dimasukkan untuk mengelabui konsumen.

Baca Juga: Khasiat Luar Biasa dari Tepung Umbi Garut yang Jarang Diketahui

Perbedaan Madu Asli dengan dengan Madu Tiruan

Kalo jaman sekarang madu tiruan dikelompokin ke dalam singkatan SOS. Apa itu SOS?

  • S: Sintetis

Artinya madu tiruan tanpa adanya unsur madu sama sekali di dalamnya. Biasanya pakai campuran larutan gula pasir dan asam sitrat untuk perasa asamnya.

  • O: Oplosan

Artinya madu murni yang ditambah atau dioplos dengan bahan pemanis lainnya. Bahan pemanisnya itu bisa didapat dari gula pasir, glukosa atau fruktosa.

  • S: Sirupan

Artinya madu yang dihasilkan dari lebah yang mengonsumsi bukan nektar, tapi sirup gula pasir atau sirup gula cair.

Madu asli dan madu tiruan juga bisa dilihat dari adanya tepung sari. Dalam madu asli selalu terdapat tepung sari (pollen), sedang yang palsu ga terdapat tepung sari.

Kalo temen-temen menguji madu asli dan madu palsu di laboratorium, madu palsu akan mudah dikenali berdasarkan analisa kandungan HMF (5-Hydroxil Methyl Furfural) dengan jumlah maksimum 3 mg/100 gram; aktifitas enzim diastase minimal 5, serta rasio kandungan kalium (K) dan natrium (Na) di madu asli berkisar 4.0, sedang madu palsu antara 0.05 – 0.10.

Maksudnya istilah itu apa sih dok? Jadi gini, kalo madu asli dan berkualitas kadar HMF nya itu rendah karena artinya gak diproses pakai pemanasan tinggi.

Nah, kalo madu palsu biasanya proses pembuatannya dia masak mendidih, jadi kadar HMF dia tinggi. Kadar HMF yang tinggi bisa menjadi pemicu kanker. Terus di madu ada enzim alami, namanya diastase yang menandakan ini madu asli kalau angkanya sesuai standar atau lebih tinggi.

Kalo madu palsu, katakanlah campuran sirup gula sama asam sitrat atau pake asam jawa dikentelin, itu kalo dites di lab kadar enzim diastasenya ya nol karena bukan produk dari lebah.

Temen-temen, buat yang saat ini sedang sakit salah satu ikhtiar yang bisa dilakukan adalah dengan konsumsi madu, tapi perlu dicatat harus menggunakan madu yang berkualitas baik. Hal ini bukan tanpa alasan, madu bisa menjadi penyembuh dari berbagai penyakit karena hal ini udah tercantum di dalam Al-Qur’an:

“Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, didalamnya terdapat obat yang menyembuhkan manusia. Sesungguhnya pada yang demikian terdapat tanda-tanda bagi orang yang memikirkan” (QS. An-Nahl: 68-69)

Bacalah Al-Qur’an dengan mempelajari juga arti dan tafsirnya. Di dalam Al-Qur’an segala permasalahan hidup manusia udah Allah kasih solusi. Sekarang tinggal gimana kitanya aja mau mengabaikan isi kandungan di dalam Al-Qur’an atau mau mempelajarinya.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top