Temen-temen, saya pernah baca sebuah kisah tokoh terkenal dunia Charles Schwab. Dia punya perusahaan besi baja ternama dan hartanya melimpah.
Namun kemudian, dia engalami kebangkrutan dan harus berhutang untuk membiayai kehidupannya selama 5 tahun sampai meninggal dunia. Apa makna yang bisa diambil oleh hidup kita? Maknanya orang yang punya harta melimpah bukan jaminan hidupnya akan bahagia selamanya. Betul ya?
Orang-orang banyak yang menganggap kalau sukses itu adalah indikator hidup bahagia. Nah, kalau saya tanya, sebenarnya apa sih indikator bahagia itu?
Baca Juga: Perbedaan Madu Asli dan Madu Tiruan, Sudah Tau?
Tujuh Indikator Orang yang Hidupnya Bahagia
Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu pernah berkata, bahwa sebenarnya jika manusia dikatakan bahagia, dia udah punya tujuh indikator ini. Apa aja? Yuk, kita bahas sama-sama:
- Qalbun Syakir: Hati yang selalu bersyukur
Coba sekarang cek kondisi diri temen-temen, apakah saat ini masih bisa bernafas normal? Apakah mata masih dapat digunakan untuk melihat indahnya alam ciptaan Allah?
Jika ya, itu sudah cukup untuk membuat temen-temen bersyukur hari ini. Seorang muslim yang baik hendaknya selalu bersyukur walau diberi nikmat sekecil apapun, ketika ia diberi cobaan ia selalu ingat sabda Rasulullah “kalau kita lagi susah, perhatikan orang yang hidupnya lebih susah dari kita.”
- Al-Azwaju As-Salehah: Pasangan hidup yang shalihah
Berbahagialah bagi seorang suami ketika punya istri yang shalihah, begitu pun sebaliknya, berbahagialah istri jika punya lelaki yang shalih. Bahkan nih ya, saat-saat romantis bagi suami istri itu, bukan sekedar saling memberi kata-kata cinta, tapi lebih dari itu, romantisnya suami istri ketika mereka bangun malam untuk tahajjud. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah;
“…dan Allah merahmati seorang wanita yang bangun pada malam hari untuk menunaikan shalat malam. Dia bangunkan suaminya, dan jika sang suami enggan, ia percikkan air ke wajahnya.” (HR. Abu Daud)
- Al-Aulad Al-Abrar: Anak yang shalih
Temen-temen, yang saat ini masih punya orangtua yang lengkap, beruntunglah! Karena ga semua orang bisa merasakan punya orangtua yang utuh. Ada yang saat ini telah ditinggal ayahnya atau ada yang saat ini ditinggal ibunya. Sungguh, pasti kita sebagai orangtua akan merasa bahagia kalo punya anak yang shalih/shalihah, karena apa? Karena anak yang shalih/shalihah inilah yang akan menjadi investasi amal yang akan terus mengalir ketika sang orangtua menghadap Allah.
- Al-Bi’ah As-Shalihah: Lingkungan yang kondusif untuk iman
Beruntunglah kalau saat ini temen-temen sering dateng ke kajian atau punya komunitas yang saling mengingatkan dalam kebaikan. Karena ga semua orang bisa mendapatkannya. Ada yang sibuk dengan kerjaan dan urusan dunia hingga ga sempet dateng ke kajian atau majelis ilmu.
- Al-Mal Al-Halal: Harta yang Halal
Rasulullah pernah bertemu dengan seorang lelaki dan berkata pada lelaki itu, “Kamu berdoa sudah bagus, namun sayang makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggal yang kamu dapatkan diperoleh dengan cara yang haram, bagaimana Allah akan mengabulkan doamu.” Dari cerita itu, pentingnya kita untuk selalu mendapat harta yang halal agar doa-doa kita bisa dengan mudah dikabulkan Allah.
- Tafaqquh fid Din: Semangat untuk memahami agama
Agama adalah pondasi, kalau kita melakukan berbagai kegiatan di dunia tanpa dilandasi ilmu agama maka kita bagaikan orang yang buta. Tentu boleh kita memahami ilmu dunia yang membuat kita semangat bekerja namun jangan lupa ilmu agama, karena kehidupan dunia sementara dan kehidupan akhiratlah yag kekal.
- Umur yang Berkah
Ada dua tipe orang dalam hidup ini. Orang pertama banyak mengisi umurnya untuk meraih kebahagiaan dunia aja. Jadi sewaktu tua dia akan bernostalgia lagi sama masa mudanya, akhirnya merasa kecewa sama keadaanya saat ini. Tipe orang kedua, orang yang menghabiskan sisa umurnya dengan mempersiapkan bekal untuk akhirat, jadi ketika usia semakin bertambah, maka akan semakin taat pada Sang Pencipta. Inilah semangat hidup orang yang Insya Allah berkah umurnya.