Hari gini masih ada yang nggak main sosial media (sosmed)? Baik itu Facebook, Instagram, dan Tiktok? Saya yakin sebagian besar masyarakat Indonesia khususnya generasi milenial dan gen-Z gak lemas dari main sosmed. Malahan anak-anak nih, Ibu dan Bapaknya jadi sering marah gara-gara anaknya susah distop dari hape. Akibatnya jadi susah belajar.
Beberapa tahun yang lalu, saat sosial media Facebook lagi booming-boomingnya, ini menarik perhatian di kalangan para ulama di Indonesia. Media sosial ini sempat menimbulkan pro kontra bagi penggunanya. Saat ini kita kenal sosmed ga hanya Facebook, ada Instagram, Tiktok dan lain-lain.
Permasalahan kalo masuk bulan suci Ramadhan adalah, ini bulan yang harusnya kita isi dengan memperbanyak ibadah dan amal shalih.
Biar puasa kita diterima oleh Allah, ada hal-hal yang harus kita patuhi, salah satunya adalah ga ngomongin kejelekan orang lain secara langsung ataupun secara tertulis.
Banyak yang ga sadar juga nih, pas lagi puasa, kita sering ga sadar ngomongin kejelekan orang lain di sosmed. Apalagi kan Indonesia dikenal sama netijennya yang paling gak sopan di dunia. Terus, gimana cara bersosial media yang asyik di bulan Ramadhan ini? Yuk, kita semangat bahas sama-sama di artikel kali ini.
Islam adalah agama yang menjunjung tinggi umatnya untuk semangat dalam mencari ilmu. Hal ini pernah disampaikan Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu: “Orang-orang yang berilmu mempunyai derajat sebanyak tujuh ratus kali derajat di atas orang-orang mukmin. Jarak di antara derajat itu terbentang sejauh lima ratus tahun.”
Kalo mengacu pada teknologi yang berkembang saat ini seperti sosial media, ini adalah bagian dari teknologi yang mau ga mau, kita juga ikut di dalam perkembangannya.
Katakanlah, waktu Covid kemarin orang gak bisa kemana-mana, rapat jadi online, pake zoom, google meet. Aplikasi ngobrol online mengubah gaya hidup kita secara tiba-tiba. Itu bagian dari perkembangan ilmu dan teknologi.
Di dalam Al-Qur’an, kata “Ilmu” telah terulang sebanyak 854 kali. Inilah Islam, agama fitrah yang mengajarkan umatnya untuk cerdas. Itu artinya juga, kita sebagai umat Islam harus mengupgrade diri kita agar memiliki wawasan luas.
Salah satunya adalah dengan mengikuti perkembangan yang ada di sosial media. Tapi inget nih, kita juga harus bijak dalam bermedia sosial, apalagi di bulan Ramadhan ini.
Pertanyaannya, gimana memanfaatkan sosial media di bulan Ramadhan ini biar jadi ladang pahala? Bermain sosial media memang ada etikanya, ga hanya di bulan Ramadhan aja.
Baca Juga: Mau Hidup Tenang? Ini Kuncinya!
Tiga Cara Bersosial Media yang Asyik
Ya sebenernya di luar bulan Ramadhan pun sama, kita harus punya etika dalam bermedia sosial. Beberapa cara bersosial media yang asyik di bulan Ramadhan ini antara lain:
Pertama, luruskan niat kita. Awali dengan niatan yang mulia. Tujuan kita bermedia sosial adalah untuk mencari keridhaan Allah. Caranya? Tidak menyebar fitnah, tidak ikut-ikutan komentar dengan kata-kata yang kotor, dan tidak memprovokasi orang lain untuk ikut-ikutan membenci seseorang.
Jangan sampe hidup kita jadi gak asyik karena masalah dunia dibawa ke sosmed. Kita ribut sama orang yang gak kita kenal, padahal lagi puasa. Di bulan Ramadhan ini, kita harus mengerem diri kita dari hal-hal demikian agar nilai puasa kita ga rusak di hadapan Allah.
Kedua, pastikan apapun yang kita tulis di sosial media itu ga ada kebohongan sama sekali. Ibu-ibu nih seneng banget biasanya nulis status di Facebook atau di Instagram Story.
Nah, tulislah hal-hal yang bermanfaat, bukan nulis tentang hal yang sama sekali ga kita alami. Misalnya nih, Ibu kemaren ga dibeliin perhiasan sama suami tetapi Ibu malah update status abis dibeliin perhiasan sama suami.
Ketiga, bermain sosmed boleh, tapi jangan berlebihan. Waktunya sholat 5 waktu malah entar-entar karena asyik liatin konten Instagram atau Tiktok.
Waktunya shalat taraweh malah asyik liatin konten Tiktok terus. Jangan sampai sosial media malah membuat kita lupa dan malas beribadah pada Allah terutama di bulan mulia Ramadhan ini.
Jangan sampe banyaknya informasi di sosmed ngebuat kita terlena, justru jadi membuat jiwa kita kering. Maksudnya gimana jiwa yang kering di tengah banjir informasi itu? Kayaknya di tulisan selanjutnya aja ya kita bahas? Insya Allah. Biar gak kepanjangan, hehe