Keberkahan penduduk Baitul Maqdis sebenarnya sudah di-mention oleh Rasulullah ﷺ, sejak 14 abad yang lalu. Ini dibuktikan pada ayat Al-Quran surat Al-Isra ayat 1:
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
“Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.”
Jadi, ayat pertama ini menyatakan, Maha suci Allah ﷻ, yang telah memperjalankan hamba-Nya, yakni Nabi Muhammad ﷺ, pada malam hari dari Masjidil Haram, di Makkah ke Masjidil Aqsha, di Palestina.
Kemudian dijelaskan bahwa di sekitar Masjidil Aqsha seperti dalam ayat yang berbunyi
“Yang telah Kami berkahi sekelilingnya,” bahwa janji Allah itu nyata, kalau Palestina dikaruniai tanah yang begitu subur, banyak menghasilkan aneka tanaman dan buah-buahan, seperti zaitun, tin, kurma, semangka, dan sebagainya.
Palestina Negeri Para Nabi
Baitul Maqdis juga adalah tempat diutusnya para Anbiya.
Mereka antara lain Nabi Ibrahim Alaihissalam, Nabi Yaqub Alaihissalam, Nabi Yusuf Alaihissalam, dan Nabi Musa Alaihissalam, Nabi Daud Alaihissalam, Nabi Sulaiman Alaihissalam, Nabi Zakaria Alaihissalam, dan Nabi Isa Alaihissalam.
Selain para Anbiya, keistimewaan Palestina selanjutnya adalah wilayah ini telah melahirkan ribuan ulama dan tokoh-tokoh Islam terkemuka yang berkhidmah untuk Islam.
Beberapa ulama terkenal yang lahir atau pernah tinggal di Palestina antara lain, Imam Malik bin Dinar, Imam Sufyan ats-Tsauri, Imam Ibnu Syihab az-Zuhri, Imam Ibnu Hajad Al-Asyqolani dan Imam asy-Syafi’i.
Palestina juga tempat yang menjadikan Sultan Shalahuddin al-Ayyubi menjadi pemimpin Muslim terkenal, karena keberhasilannya merebut kembali Yerusalem dari pasukan Salib pada akhir abad ke-12.
Di samping semua itu, ada lagi keutamaan Hadits untuk mencintai, menyangi dan berbagi kepada penduduk Palestina. Hadits itu berbunyi sebagai berikut:
Telah menceritakan kepada kami Ali bin Bahr berkata, telah menceritakan kepada kami Isa berkata, telah menceritakan kepada kami Tsaur dari Ziyad bin Abu Saudah dari saudara laki-lakinya bahwa Maimunah bekas budak Nabi ﷺ, berkata, “Wahai Nabi Allah, berilah kami fatwa tentang Baitul Maqdis.” Beliau menjawab, “Itu adalah bumi yang terbentang dan mahsyar (perkumpulan), datanglah ke sana dan laksanakan sholat di sana (Waktu itu Masjidil Aqsha, masih dijajah Romawi, seperti hari ini dijajah Israel), karena sholat di sana sama dengan melaksanakan seribu shalat di tempat lainnya.”
Beliau bertanya,
“Bagaimana pendapat tuan jika seseorang tidak mampu untuk datang ke sana?” Nabi menjawab, “Hendaklah dia menghadiahkan minyak untuk penerangan di sana karena barangsiapa yang memberikan minyak untuk penerangan di dalamnya, maka ia seperti orang yang melaksanakan sholat di dalamnya.” (H.R. Ahmad nomor 26343).
Baca Juga: Jurus Rahasia mengobati Tumor
Palestina Merupakan Penghasil Minyak Zaitun
Hadits ini unik, karena sebagaimana diketahui bahwa wilayah Palestina adalah penghasil minyak yang diberkahi, yaitu minyak zaitun.
Di surat Al-Mu’minun ayat 20, Allah berfirman,
“Dan pohon kayu keluar dari Thursina (pohon zaitun), yang menghasilkan minyak, dan makanan bagi orang-orang yang makan.”(Q.S.AI-Mu`minuun:20)
Imam Al-Qurthubi menjelaskan bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyebutkan pohon (zaitun) ini secara khusus karena manfaatnya yang sangat besar di daerah Syam, Hijaz dan lainnya.
Selain itu, karena pohon ini jarang mendapatkan pengairan, penggalian atau penanaman, dan berbagai jenis pemeliharaan lainnya yang biasa diberikan kepada semua pepohonan yang lain.
Imam Al-Qurthubi melanjutkan, bahwasannya minyak zaitun ini pertama kali tumbuh di wilayah gunung Sinai, yang membentang dari Mesir sampai daerah Aila (Eilat).
Minyak Zaitun ini adalah minyak serbaguna. Bisa digunakan untuk lauk bersama cuka, untuk memasak, dipakai sebagai pelembut kulit, bahan baku pembuatan sabun, serta sebagai minyak untuk lampu penerangan di masa silam.
Minyak Zaitun Juga Sebagai Penerangan
Di masa Rasulullah ﷺ hidup, minyak zaitun ini telah digunakan sebagai minyak untuk lampu penerangan. Kemudian diketahui juga saat itu pohon zaitun banyak tumbuh di Palestina.
Bahkan pohon zaitun ini tidak tumbuh di Mekkah dan Madinah waktu itu.
Namun, Rasulullah ﷺ justru mengisyaratkan justru para sahabatnya agar menghadiahi minyak untuk penerangan.
Mengapa demikian? Itu karena kondisi di saat Rasulullah ﷺ hidup, hingga era sebelum Umar menaklukkan Baitul Maqdis, atau sebelum Salahuddin Al-Ayubbi mengambil kendali wilayah Baitul Maqdis, mirip kondisinya seperti kita saat ini, tidak dikuasai oleh umat Islam.
Jadi walaupun banyak pohon zaitun, bisa jadi umat Islam yang berada di sana tidak bisa menggunakan hasil panennya secara berdaulat.
Seperti yang kita lihat juga, bagaimana penduduk Palestina saat ini di Tepi Barat yang ketika panen sering dibunuh oleh pasukan Israel.
Dalam kondisi kekurangan bahan bakar untuk lampu penerangan, seperti juga yang terjadi sekarang, maka kita lah yang harus membantu bumi Palestina, dengan semampu kita.
Rejeki dari Allah itu bisa sebagiannya kita salurkan melalui lembaga resmi, untuk diberikan ke Palestina, sehingga dapatlah keberkahan dari hadits Nabi Muhammad ﷺ.
“…karena barang siapa yang memberikan minyak untuk penerangan di dalamnya, maka ia seperti orang yang melaksanakan sholat di dalamnya.”
Keistimewaan Shalat di Masjidil Aqsa
Sementara riwayat tentang keistimewaan sholat di Masjidil Aqsha seperti yang diriwayatkan dari Abu Darda
”Sholat di Masjidil Haram lebih utama seratus ribu kali lipat daripada sholat di masjid-masjid lainnya. Sholat di Masjid Nabawi lebih utama seribu kali lipat. Dan sholat di Masjidil Aqsha lebih utama lima ratus kali lipat.” (HR Ahmad)
Selama kita tidak bisa untuk shalat di Masjidil Aqsha karena terhalang blokade penjajah Israel, maka keutamaannya bisa diganti dengan menghadiahkan bahan bakar untuk penerangan warga Palestina.
Mungkin waktu itu bahan bakarnya masih menggunakan minyak zaitun atau lemak ikan paus, kalau sekarang dananya bisa dibelikan bensin atau solar untuk mereka.
Jadi, ketika keimanan sudah tertanam pada jiwa kaum muslimin, maka semestinya antusiasme mencintai ahli syam, dengan berbagi dan membantu, serta perduli kepada mereka.
Itu bisa dilakukan melalui do’a yang selalu dipanjatkan, seperti qunut nazilah, menggalang kekuatan finansial, serta gerakan lainnya yang bisa diupayakan untuk kemerdekan negeri Palestina.
Karena sebenarnya kita ini seperti suatu tubuh, seperti sabda Rasulullah ﷺ,
Dari Nu’man bin Basyir dia berkata: Rasulullah ﷺ.
Bersabda, “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi bagaikan satu tubuh.
Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya).” (H.R. Bukhari dan Muslim).
ما شاء الله 🥺